Kenapa Sih Harus Memaafkan? ~
"Aku nggak mau maafin. . " Kalimat yang tegas dari Ashikaku, si anak kedua. Kok bisa-bisanya jawab kayak gitu ya dia?!. Ah saya baru ingat, pernah 1x berkata yang 11-12 lah kayak gitu. Dan ternyata langsung dicopas sama doi. Huaaa. Ampun ya Allah, khilaf. Saat esmosi memang mulut tuh lebih baik diam. Pada dasarnya memang anak-anak itu peniru canggih. Apa daya, nasi telah menjadi bubur. "Kenapa sih harus memaafkan mi?. ." Emangnya nggak boleh ya kita marah aja, sakit tau digituin.." Pertanyaan yang mudah dijawab namun sulit dipraktikkan.
Dulu pernah banget, setiap kali saya sedang PMS, saya selalu mengingat perlakuan, perkataan yang tidak enak didengar, sungguh menyakitkan hati.
Katanya sih udah memaafkan kenapa masih diingat-ingat lagi?! HAHA. Setiap lebaran saling bermaafan tapi ternyata akoh belum benar-benar memberi maaf. Setiap lagi sensi, capek, orang-orang yang menyakiti hati selalu datang tanpa diundang. Makanya kalau dulu pas PMS, cuma bisa nangis ke pak suami. Ternyata saya memendam bukan memaafkan orang-orang yang menyakiti hati.
Panjang cerita, pas pandemik saya pernah mengalami sesak nafas untuk pertama kalinya, situasi pandemik yang mencekam juga bikin parno. Curiga itu GERD karena memang tampangnya sama 😄. Selanjutnya saya mencoba memperbaiki pola hidup sehat yang lumayan berantakan seperti makan cepat dan makan pedas. Keduanya memang sering saya lakukan. Namun kata seorang sahabat, pemicu GERD lainnya adalah luka-luka masa lalu yang masih tersisa #WHEW.
"Mungkin lo masih belum bisa memaafkan. ."
Mikir lagi, apa iya? Jalani pola hidup sehat masih ada beberapa kali sesak tapi nggak sehebat yang pertama. Sampai akhirnya rutin nonton youtube ustad favorit, terus mengikuti kajian masjid secara rutin. Semua langkah terasa ringan.
Menyibukkan diri sesibuk mungkin, kegiatan positif apa aja dilakuin supaya nggak ada waktu untuk mikirin hal negatif. It's work. Kalau ada yang suka lihat, saya update reel masak di instagram, itu juga sebagai pelarian healing, melakukan hobi walau rempong anak 3.
"Atas izin-Nya semua terjadi, disakiti orang lain , direndahkan orang lain, terima aja. Mungkin itu bisa menambah amal, menghapus dosa, ridho aja dulu. Sesuatu yang nggak ngenakin, yang terjadi, semua karena dosa-dosa kita." #jleeeb. Kata-kata yang bikin saya tidak dapat berkutik.
Besarnya harapan kepada orang lain, pasti akan kecewa. Pasti. Makanya nggak perlu naruh harapan sama orang, bahkan pada pasangan kita. Haha. Cukup do'akan, gitu aja yang selama ini saya jalankan #kalaulagiwaras 🤣
Tapi kan nggak semudah itu memaafkan, belum lagi kalau harus ketemu setiap hari, cuh, tidak sudi. (Keluar deh dramanya) hehe. Bersyukur hingga sampai di titik ini. Merelakan, mengikhlaskan setiap kejadian yang dialami.
Kenapa Sih Harus Memaafkan? Karena. .
Manusia Tidak Sempurna
Nggak perlu pakai perenungan sama debat, manusia sejatinya adalah makhluk yang tidak sempurna. Ku pun buanyak banget salahnya.
Rasanya angkuh sekali bila tidak memaafkan. Allah Yang Maha Besar, Maha Segalanya, Maha Pengampun Penyayang aja selalu memaafkan. Kata-kata itu selalu jadi pengingat bila dosis marah tak memaafkan di jiwa muncul. Nggak ada manusia yang nggak pernah berbuat salah. Kalau dia berkali-kali berbuat salah? Apaqa itu adalah takdirku ya Allah 😂😂😂.
Mana ada manusia yang zempurnah kakak. . Tapi ini jangan dijadikan alasan loh. Jangan mentang-mentang manusia pasti punya kesalahan, malah sengaja. No.. no, kudu tetap berlaku benar.
Memaafkan Itu Jauh Lebih Baik
Hati-hati loh kalau memendam rasa benci, marah, tidak memaafkan, itu bisa jadi menimbulkan banyak gangguan penyakit. Memikirkan hal yang bikin sakit, buat apa? Masa lalu yang telah berlalu, yaudahlah, mendingan sayangi tubuh dan pikiran kita yukkk. Usir jauh rasa dendam.
Tiap kali teringat kesalahan orang lain rasanya juga panas dan bikin mood hancur seharian. Udah cuaca panas, makin gerah nggak sih kalau ingat-ingat hal yang betein.
"Lo sih nggak tau rasanya jadi gue..."
"Ngomong aja gampang!"
Ya tiap kita punya ujian masing-masing. Kalau kamu dapat ujian berat, itu tandanya kamu BISA melaluinya dengan baik.
Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha adalah Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. See. .
Memperoleh Ampunan
Sesuai janji Allah, ampunan akan diberikan bagi orang yang memaafkan. Seperti kalam Allah ada anjuran memaafkan.
"Dan hendaklah mereka memberi maaf dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur: 22).
“Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa.” (QS. An-Nisa :149)
Memperoleh ampunan adalah satu hal yang membuat saya bisa memaafkan. Pokoknya harus bisa, meski perlahan. JanjiNya mendorong saya harus bisa jadi pemaaf. Seberat apa pun maafkan karena inga ingaaa balasanNya, dahsyat.
Ketika didzalimi buru-buru deh berdo'a, hehe semoga diijabah oleh Allah. Dan ketahuilah rasa sakit menjadi pelebur dosa, aamiin.
Sehat Jiwa Raga
Percayalah dengan memaafkan itu menyehatkan jiwa dan raga. Bila tidak memaafkan, biasanya dada panas, keadaan serba tegang, serba salah. Masa mau pelihara amarah terus menerus. Kenapa nggak maafin aja dengan begitu kan kita bisa fokus mengerjakan kebaikan lainnya, ygy.
Memaafkan bisa membuat hati tenang dan bahagia. Saya merasakan sendiri dampaknya untuk kesehatan jiwa.
Menyimpan Dendam Itu Melelahkan
Awalnya belum maafin, lama-lama bisa menjadi penyakit hati. Ih sereeeem. Melapangkan dada, legowo, ikhlas bikin hidup lebih mudah. Nggak ada yang merengkel-rengkel di hati.
Huaa dari tadi bahasannya berat dan sulit dipraktikkan ya. Tapi namanya hidup kan penuh cobaan. Mungkin itu yang terbaik.
Btw, saya juga pernah beberapa kali menulis terkait memaafkan.
Baca Juga : 6 Cara Memaafkan Supaya Mental Lebih Sehat
Tentu nggak gampang, cuma waktu kan berjalan, mau sampai kapan beban itu dibawa. Hayo?
Mari mulai maafkanlah diri sendiri, jangan terlalu kejam pada diri. Peluk jiwa kita yang pernah hancur sehingga dia bisa menjadi utuh kembali. Jangan izinkan hawa nafsu, amarah, dendam, kebencian merajai diri. Usir bisikan-bisikan jahat itu dengan semakin mendekat ke sang maha pemaaf.
Maafkanlah kedua orang tuamu karena dulu kan nggak ada teori parenting kek zaman sekarang!. Berhentilah menyalahkan mereka karena itu nggak akan mengubah keadaan. Yang bisa kita lakukan adalah berbakti apalagi kalau orang tuanya masih hidup. Janganlah ribut terus.
Maafkanlah orang di sekelilingmu karena kamu pasti juga punya salah. Maafkan pasanganmu, maafkan anak-anak. Maafkan semua.
Nahluh banyak banget mantranya kaaan. 😄
Huaa, tarik nafas lalu hembuskan. Gimana? Udah terbuka belum. Apa masih ada yang berat di hati?
Gapapa, pelan-pelan aja ya cig. Memaafkan dan melupakan itu harus, jangan diingat-ingat lagi biar tidak ada efek samping. Percaya diri kamu bisa menjadi pemaaf. Insya Allah balasannya berlipat ganda. Masa iya enggak mau balasan yang berlipat ganda? Terima aja karena semua yang terjadi adalah ketentuan Allah.
Fiuuh, mata udah berat nih ngomongin tema memaafkan. Ada baiknya rehat sejenak dan balik lagi besok ya, melanjutkan challenge ngeblog yang sungguh asyik ini. Tulisan di atas sebagai catatan dari seseorang yang belajar memaafkan setiap harinya. Terima kasih telah mampir dan membaca. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar
Hai, terima kasih sudah mampir di cigrey.com. Yuk leave comment. Semoga bermanfaat ^^
Mohon maaf komentarnya dimoderasi dulu ya 🙂
Twitter / IG : @uciggg (sila follow yaa ^^)