Gimana Rasanya Punya Anak? ~ Assalamu'alaikum, masih menulis tema parenting 1 minggu 1x. Huaa, nggak ada habisnya kalau berbicara tentang parenting mah ye. Apalagi banyak tantangannya bagi orang tua dan anak kita ke depannya. Banyak keresahan. Walau begitu mari kita lihat sisi positifnya ya. Menjadi orang tua kalau nggak ada ilmunya memang berat, terasa melelahkan. Tapi dunia kan memang tempat berlelah yang kadang kita diberi kebahagiaan sejenak, silih berganti dengan kesedihan. Cuma ya nggak apa-apa, selalu mencoba menyadari bahwa anak adalah ladang pahala. Kalau nggak mau repot atau mager, silahkan memilih jadi orang-orangan sawah aje. #ehhh. Kalau ditanya gimana rasanya punya anak, seru banget, kadang pengin piknik karena pusing namun ujungnya bahagia. Kok bisa?
Memiliki anak dengan kata lain sih yaaa menjadi orang tua. #yaiyalah. Jam 4 pagi itu berubah menjadi jam 6 ku. Mandi digedor-gedor anak, kadang makan sambil nyuapin anak. Apa-apa disambi. Mulai mikirin anak selain pasangan dan orang tua. Dunia berubah, sepertinya lama-lama bisa jadi wonder woman. :)) oh tapi ternyata tidak, nggak harus jadi wonder woman buat bisa menjadi orang tua yang baik.
Ketika anak pertama lahir, nggak nyangka aja prosesnya berliku-liku, cukup berat dan mengagetkan. 9 Bulan harap-harap cemas, apa nanti sehat, apa semua baik-baik aja. Berjuta harapan serta do'a yang dipanjatkan untuk anak.
Setiap momen melahirkan menjadi momen yang tidak pernah terlupakan dalam hidup saya. Makanya pas proses persalinan kedua dan ada kakak saya waktu itu, saya ngoceh "kita jangan durhaka sama emak.." LOL. Rasa lahiran normal dan SC yang sama sakitnya namun perlahan menghilang karena keceriaan anak-anak. Itu nggak bisa digambarkan dengan kata-kata, wasikkk.
Memiliki anak sejatinya nggak mudah tapi bukan berarti menyerah dengan pilihan lain. Menikah dan kalau diberikan keturunan, saya rasa itu nikmat yang luar biasa. Coba aja, banyak yang mau punya anak dengan menjalani berbagai program. Tapi qadr Allah belum waktunya. Tentu yang udah dikasih amanah anak saat ini seperti saya dan kamu, pastilah orang-orang pilihanNya.
Sekarang ada 3 anak, semuanya punya alur cerita melahirkan yang berbeda. Kerempongannya ya sama rempongnya sih, huehe. Kalau kata bu Aisyah, punya anak 1 rempong, punya anak 2 rempong, punya anak 3 juga rempong, dan seterusnya. Jadi ya memang rempong adalah hal yang biasa. Sebagai orang tua, khususnya, ibu nggak sendirian. Banyak cara untuk menikmatinya.
Nah menurut saya menjadi orang tua harus memiliki ilmunya dan saya setuju harus belajar setiap saat. Saya sendiri naik turun emosi menghadapi anak, kalau udah gitu biasanya curhat ke pak suami, kadang buka buku lagi, nonton yucup kajian ilmu agama, dan yang paling powerfull dengan banyakin do'a dan dzikir.
Dipikir-pikir, mungkin kalau nggak jadi orang tua, saya bisa aja nggak benar, kita bisa aja nggak di right track? Kok?
Begini, kan kalau jadi orang tua tuh selalu menjadi contoh buat anak-anak. Sekarang kalau mau ngelakuin hal yang buruk? yakin anak-anak nggak ikut? nah kan kan, memiliki anak itu menarik, selain hidup jadi lebih berwarna, kayaknya kalah deh itu pelangi haha, selalu membuat saya belajar. Saya sadar punya anak itu rasanya campur aduk. Kadang serba salah, sering disalahin whahaha, tapi kenyataannya saya sedang membantu seorang anak manusia belajar menapaki kehidupan supaya mereka mandiri ke depannya. Saya belajar, dia juga belajar. Nape jadi belajar mulu ye cig?! Ya kitulah lagi-lagi harus paham ilmunya. Akoh juga masih belajar. Akoh masih punya urat yang bisa keluar sewaktu-waktu kalau anak-anak berulah, ya Allah tapi jangan sampeeeeee.
Belum tentu juga dengan pilih nggak punya anak, hidup kamu pasti akan lebih bahagia. Belum tentu kan ya? Karena memang punya anak atau nggak punya anak, tergantung diri kita masing-masing. Gimana kita menikmati hidup dan merasa cukup bahagia.
Anak bukan penghalang kebahagiaan bagi saya. Balik lagi ke bagaimana kolaborasi dengan suami, lalu kolaborasi dengan anak. Semua itu ternyata bisa dipelajari. Ya nggak mulus terus sih tapi setidaknya bisa diusahakan. Pokoknya memiliki anak, disitu saya menemukan banyak "TERNYATA". Surprise terussss.
Hmm, ada rasa khawatir, cukup banyak orang membuat konten menceritakan rempongnya punya anak. Tidak bisa menikmati kehidupan jika punya anak, nggak bisa ini itu, uang habis untuk anak, pusing biaya sekolah yang mahal, endesbre endesbreeeee. Lalu anak zaman now termasuk anak akoh, melihat konten tentang gimana rasanya punya anak. whewwwww. .
Masa kini kita bisa tau gimana rasanya punya anak dari mbah google ya. HAHA. Konten atau opini orang lain nggak bisa kita kontrol. Lalu gimana nasib anak-anak kita? Semoga Allah selalu melindungi dan menguatkan pondasi mereka bahwa memiliki anak itu kita tetap bisa hidup berbahagia.
Buat reminder diri dan mungkin anak-anak akoh baca suatu hari nanti blog emaknya ini. . Di balik berjuta kerempongan, ingat selalu hadis ini.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: ”Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR Muslim).
Gimana nih jadinya, enak nggak rasanya punya anak? Sharing yuuuk . Semoga tulisan ini bermanfaat.^^
Benar juga, Mbak, ada teman saya itu mengharapkan anak sudah sejak lama. Sampai akhirnya dia pun berhasil punya anak perempuan setelah program bayi tabung di Surabaya. Biayanya juga fantastis, sampai ratusan juta.
BalasHapusSatu lagi temanku, nikahnya tahun yang sama dengan saya, 2011, sampai sekarang belum juga punya anak. Kadang lihatnya kasihan juga, tetapi karena keterbatasan ekonomi, dia tidak sampai berobat untuk berusaha punya anak.