Ketika 10 Tahun Pernikahan ~ Kini, ku sudah dewasa. Jadi begini yah rasanya. Sewaktu kecil pengin cepat dewasa, pengin cepat besar lah pokoknya biar bisa menikah #hadeeeeuh. Ada nggak sih yang serupa? Mungkin ini karena korban kisah cinta yang sering dibaca dalam dongeng. Seriusan, pas kecil tuh cita-cita ya nikah punya anak mengurus anak, dulu tuh gendong-gendong boneka adalah kesukaan akoh HAHA. Alhamdulillah ternyata kesampaian. Memiliki anak-anak yang ucul-ucul. Masya Allah tabarakallah, udah masuk 2 digit usia pernikahan. Lagi-lagi banyak rasa syukur yang saya panjatkan karena kami menjalani pernikahan dengan baik-baik saja. Meski beberapa masalah kerap datang menghampiri. #duile.
Dulu saya sering merasa khawatir, mulai dari pernah cemburu sampai suka kesal sendiri tapi cukup beralasan kok, #hiaa ngeles. Mungkin ekspektasi saya terlalu seperti cerita dongeng wahahaha. Yang suka hal romantis, suka sekali komik serial cantik padahal tomboynya minta ampun, LOL. Tapi balik ke realita lagi, saya harus bisa meredam itu. Wah good job cig. Di pernikahan awal tahun 2012, tahun kedua sampai tahun 9 malah saya masih suka baper kalau ibu mertua bawa-bawa suku tertentu, yaa kan mamah saya ada Betawinya juga. Cuma lama-kelamaan saya mengerti maksudnya ibu mertua.
Saya mencoba memahami karakter dan watak ibu. Tentang ipar dan lain-lain masih ada beberapa lagi yang saya tanda tanyakan, cuma buat apa? toh saya sendiri yang harus mengontrol kebahagiaan diri ini. Ujungnya, alhamdulillah nggak pernah ada masalah apa-apa dengan kakak, adik ipar semua bhaique-bhaique sajah.
Di tahun pertama menikah, Allah beri amanah, menjalani kehamilan sambil bekerja di kantor, sempat mengalami kaki bengkak. Naik angkutan umus, bus, kopaja dengan perut gendut selama 9 bulan, lalu melahirkan dan kena bell's palsy.
Ketika kena bell's palsy, kayaknya dunia rada gelap gitu sih ya >.< Muka jadi mencong, entah bisa sembuh apa enggak. Qadr Allah ternyata masih bisa kembali normal wajah saya. HUHU, sempat minder pas dijenguk handai taulan dan teman-teman pak suami. Amazing pokoknya pas di awal-awal iniiiih. Cuti dan lanjut merasakan jadi ibu kantoran yang meninggalkan anak di rumah. Mencicipi proses mompa ASI di dalam kamar mandi kantor, semua prosesnya membuat hidup lebih berwarna.
Sampai akhirnya nggak kuat, cuma bertahan 3 bulan loh jadi ibu kantoran. Hebat deh yang bisa jadi ibu kantoran, sungguh ku tydac bisa. Hmm, waktu mau resign sempat maju mundur, cukup nggak ya? Mana pas itu udah ambil rumah dan punya 1 anak. Bismillah bisa sampai kini cukup. Hamdalah. Tadinya sempat belum bisa ngasih orang tua masing-masing, sampai akhirnya diusahakan bisa.
Proses berliku-liku dan pindah rumah setelah 2 tahun pernikahan. Banyak, buanyaaak banget yang Allah kasih.
Baca Juga : 4 Hal Yang Tidak Boleh Dilupakan Dalam Pernikahan
Ketika 10 Tahun Pernikahan
Berusaha Adil
Nggak ada kata bisa adil sih, karena yang Maha Adil kan Allah ya. Hanya berusaha berbagi secara adil antara orang tua suami dan orang tua saya. Seperti pindahnya pak suami dari Bekasi ke Tangerang, nggak menjauhkan dia dari bakti pada orang tuanya. Yaps, walau kami tinggal lebih dekat jaraknya dengan keluarga saya. Namun tetap berbagi secara adil. Ketika memutuskan tinggal di mana, saya kasih alasan yang masuk akal, kan saya nanti yang lebih banyak di rumah, maunya di tempat yang saya udah nyaman, yaitu kota kelahiran tenjerang :)) tapi saya nggak pernah kasih alasan ini ke ibu. Semoga ibu mengerti ya. Pada akhirnya kalau orang tua mau tinggal bersama kami, saya malah merasa beruntung, karena orang-orang pilihanlah yang bisa mendampingi orang tuanya sampai tutup usia.
Pixabay |
Sudah Ba-al
Pokoknya sudah ba-al. Udah nggak sering bertanya dalam hati "how deep is your love ?" LOL, pertanyaan ini tuh seringkali muncul seperti rutinitas minum obat kalau lagi sakiiit. Minggu lalu ibu nanya, kalau di rumah mesti games juga ya lama? hahaha, saya nggak pernah cerita keluh kesah apa gitu selama 10 tahun menikah pada ibu. Seingat saya nggak pernah cerita tentang kesedihan maupun kegembiraan pada ibu :)) sama perlakuannya pada mama dan bapak saya. Komunikasinya yagitu aja. Bukan berarti nggak sayang, nggak ingat. Cuma kebiasaan yang berbeda aja, gaya komunikasinya. (kata bapack suami, itu mah nggak komunikasi :P)
Tidak Ada Yang Sempurna
Setiap ada hal yang kurang, selalu balik ke konsep tidak ada yang sempurna :)) habis gimana dong, sambil berdo'a juga yaaa sambil terus memantaskan diri mendapatkan jodoh yang udah paling terbaik saat ini. Karena memang tidak ada orang yang sempurna. Masalah kecil diatasi sampai tidak ada, masalah besar coba dikecilin. Begitu aja rutenya itu masalah dalam rumah tangga kami. Saling menerima, memberi rasa nyaman dan memperbaiki kekurangan.
Pixabay |
Adaptasi Berkelanjutan
Ketika 10 tahun pernikahan, adaptasi masih berkelanjutan. Sekarang adaptasi lebih ke anak-anak namun nggak boleh abai dengan kebahagiaan dan cita-cita :p. Bagaimana kami berdua mengenal karakter ke-3 anak ini, mendampingi anak sampai sekolah, kuliah, dan mengantarkan ke jenjang pernikahan lalu hidup berdampingan seperti yang kami alami dengan kedua orang tua. Roda hidup terus berputar, adaptasi masih kudu berjalan.
Pixabay |
Ketika 10 tahun pernikahan, do'a dan harapannya yang penting cukup. Maunya sehat-sehat selalu bersama anak-anak dan orang tua. Mau berbagi? cukup, beli apa aja, cukup, mau ke mana aja juga cukup hehe. Semoga Allah cukupkan kebahagiaan ini bisa bahagia bersama di dunia juga akhirat, amiin.
Dalam pernikahan pasti ada titik merasa bosan dan masih banyak lagi rintangannya, cuma di usia pernikahan yang udah tahunan dan masih bertahan pasti sudah merasa cukup, ya? Udah merasa cukup sama keluarga, karena ada anak dan orang tua juga sudah sangat alhamdulillah enggak ada pikiran mencari orang lain. Terima kasih sharingnya!
BalasHapusnikah itu enak, mau menjaga pernikahan itu yg kurang enaknya., huhu
BalasHapus