Belajar Dari Pola Pengasuhan Orang Tua ~ Bersyukur menjadi orang tua di era kekinian, informasi bisa diakses dengan mudah. Entahlah kalau saya jadi parent ketika zaman om Rudy Choirudin yang suka masak di RCTI. Mungkin saya akan kerepotan dalam hal masak memasak karena harus nyatetin plus ngintip resepnya. Namun menjadi orang tua di masa kini juga banyak sekali tantangannya. PR nya itu loh, mulai dari youtube short, TikTok, dan platform socmed lainnya.
Sekarang tuh keluar rumah atau nggak keluar rumah, ancamannya selalu ada. Kenapa ancaman, iya di satu sisi ada banyak manfaat, di sisi lain kalau teknologi tidak dimanfaatkan dengan bijak, akan rusak. Di sini peran orang tua sangat diperlukan sehingga nggak lepas tangan ketika memberikan anak gadget. Saya jadi mengingat lagi masa kecil, mainan apa ya?! petak umpet, main karet, main bekel, masakan, main tak benteng, galaksin, monopoli, karambol, kasti, dan masih banyak lagi.
Namanya masih kecil ya mainlah yaa tapi ada batasnya 😄. Alhamdulillah masa-masa itu telah dilewati dengan baik. Nggak ada kenakalan remaja yang gimana banget. Menghadapi anak-anak tuh rasanya wadidaw. Ada saat anak dilarang, ada saatnya anak dibiarkan bebas memilih. Dan belajar dari masa lalu, jangan sampai melarang ketika sudah bukan waktunya lagi, semua telah terlambat kalau gitu judulnya.
Saya belajar dari keluarga paping, gimana ibu dan bapak mendidik 4 anak lelaki semua. Walau lelaki semua yaaa, nggak ada yang bandel apa gitu, bandel masih tahap biasa. Bukan bandel yang narkoba atau pergaulan bebas. Bersyukur dipertemukan dengan ibu dan bapak mertua, mereka terbaikkkk. Tapiiii urusan pola hidup sehat saya boleh melirik sebentar pada pola pengasuhan mama dan bapak saya. Mama pasti menyedikan lauk dan sayur. Harus makan sayur karena bapak selalu minta sayur. Sedangkan bapak saya, tidak makan fast food, ayam pun harus ayam kampung. Jarang sekali makan nugget dan sosis karena memang nggak boleh sama bapak.
Ingin ambil baiknya dan buang hal yang buruk dari pola pengasuhan orang tua kami dulu. Saya cukup mengingat hal yang buruk dan lebih suka mengingat hal yang baik. Walau bisa dipastikan tidak ada pengasuhan yang sempurna. Jadi saya coba mengambil hal yang baik dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Kira-kira berikut ini ya poin-poinnya.
Mengajarkan Pola Hidup Sehat
Mulai dari aturan makan mie instan, tidak boleh menjadi sobat micin, percikian tydac boleh, jajan permen pun nggak boleh, pokoknya nggak boleh banyak jajan. Bapak maunya makan ayam kalau ayam kampung. Apalagi makan fast food semisal KFC, MCD, oh ya Allah nggak pernah family time makan fast food, pastinya Indonesian food. Dan mama kalau masak harus ada sayur, jadi kudu makan lauk dan sayur. Mama rajin senam dan menjaga makan, persis kayak bapak. Dari situlah saya mencoba menurunkan pola tersebut ke anak-anak. Tapi memang nggak seketat (celana kali aah ketat) mama.
Terbuka
Perilaku orang tua yang tertutup memang tidak bisa ditebak oleh anak. Kedua orang tua saya tertutup sedangkan kedua orang tua suami cukup terbuka terhadap anak-anaknya. Saya merasakan orang tua saat itu tidak rutin mengajak anak bercerita, terutama bapak. Bapak sebenarnya sangat sibuk dan tipe orang "cukup dirinya saja yang tau" bila sedang kesusahan. Sikap orang tua yang tidak terbuka seperti ini lama kelamaan akan menjadi bom waktu untuk keluarga. Komunikasi yang kurang terbuka menyebabkan anak pun enggan bercerita. Betul-betul diberikan pelajaran untuk ke depannya.
Memberi Ruang dan Waktu
Ketika ingin membantu, saya ingat tidak diperbolehkan karena masih kecil dan takut semua jadi berantakan. Menyadari itu, saya tidak boleh mengulang hal yang sama. Memberi ruang dan waktu untuk anak kelihatannya sepele tapi kalau tidak dilakukan dengan sepenuh hati, hasilnya mungkin tidak maksimal. Anak akan merasa sendirian bahkan memilih bersama dengan teman-temannya. Iya bagus kalau temannya itu anak baik-baik, kalau tidak?! naudzubillah yaaa.
Tidak Over Protektif
Bapak nggak bolehin saya belajar naik motor kala itu karena takut kenapa kenapa. Bapak bilang, "mungkin kamu nyetirnya bener tapi orang kadang nyeruduk-nyeruduk". Bapak nggak salah tapi kurang tepat, mungkin bapak banyak terluka oleh kehidupannya jadi bersikap terlalu over, tidak ingin anaknya mengalami penderitaan yang sama. Saya nggak menyalahkan bapak.
Meski saya baru bisa mengendarai motor setelah memiliki anak berbekal restu suami. Alhamdulillah semua ada hikmahnya. Anak nggak selamanya kecil, mereka akan bertumbuh dan bertahan hidup. Memberi kepercayaan juga nggak boleh dilupakan. Orang Tua harus percaya kalau anak akan bisa menghadapi perkembangan zaman. Tentu dengan bekal yang tepat.
Menghormati Keberagaman
Dulu rumah bapak ramai, karena banyak sepupu yang ikut tinggal di rumah kami. Bahagia deh kalau ingatnya. Banyak orang dewasa di sekeliling saya nggak hanya bapak dan mama. Mereka non muslim tapi kami nggak pernah berantem. Dari kecil mengenal karakter orang yang berbeda juga tetangga yang beragam sekali, ada arab, cina, jawa, kalimantan, semuanya sama, saling berteman. Sebenarnya bukan tanpa konflik tetapi minim perdebatan. Mengajarkan keberagaman seperti mata pelajaran PKN ye, haha. Tapi buat saya ini penting, karena manusia tidak bisa lepas dari kehidupan sosial.
Ya begitulah, tidak ada yang mulus, begitu pula dengan lika-liku laki-laki keluarga tapi kita bisa saling melengkapi satu sama lain. Harapannya bisa mewujudkan mimpi dan cita-cita bersama. Belajar dari pola pengasuhan orang tua, moga bisa lebih baik. Kalau kamu? gimana sih pola pengasuhan orang tua kala itu. . sharing di kolom komentar yuukk. Semoga dapat diambil manfaatnya ya.^^
Bener banget, parenting itu penting untuk perkembangan pola pikir anak nantinya bisa dikatakan itu penentu kepribadian anak nantinya. Apalagi kalau anak laki-laki yang nantinya jadi pemimpin pasti harus memperhatikan dengan baik. Terima kasih sharingnya!
BalasHapus