Standar Kebahagiaanmu~ Akhir-akhir ini saya nonton beberapa film lewat iflix. Nyari yang ringan-ringan. Alhamdulillah nontonnya putus-putus haha, karena harus ngurusin anak dan koneksi internet yang kurang bersahabat. Dari nonton film lumayan banyak yang didapat. Tapi sih saya bukan movie freak. Biasa saja. Kalau bisa nonton, alhamdulillah, kalau nggak? Yaa sudah nasib π
. Terus apakah hidup kamu bahagia cig? Alhamdulillah selalu.
Kehidupan selama 6 bulan dengan 3 anak membuat saya lumayan ngos-ngosan. Bukan karena urusan domestik. Saya nggak terlalu pusingin kalau cucian, gosokan dkk karena ada mbak #hiaaaaa. Serius, kayaknya walau nggak ada mbak, urusan domestik nggak dipusingin. Soalnya bukan tipe yang mikirin kerjaan domestik, saya biasa langsung kerjain tuh cucian dan gosokan jadi nggak numpuk #sombongAmad. Tapi mbak cukup sangat membantu domestik saya. Nah, masalahnya? Menghadapi anak-anak itu bikin mood hilang arah. Yang tadinya mau masak, jadi nggak pengin masak. #alasan. Nah kalau sudah nggak mood gitu kayaknya harus jeda. Sedikit me time katanya perlu.
Standar Kebahagiaan Yang Berbeda.
Jadi bahasan kali ini apa sebenarnya? π
ng, anu. . Saya mau bahas standar. Standar sepedah? Eh bukaaan. Apa sih standar kebahagiaan kamu dari lubuk hati yang paling dalam? Dari film OKB alias Orang Kaya Baru, belum tentu bahagia, orang yang punya semuanya. Seperti cerita film itu, keluarga yang pas-pasan berubah menjadi kaya. Berharap masalah bisa kelar dengan beli semua keinginan. Apa lantas bahagia? Ternyata justru kebalikannya.
Your Happiness, Made It.
Hmm, bahagia itu benar adanya kalau kita yang ciptain. Bukan berdasar feed igs orang. Terus bandingin kehidupan kamu. Dan celakanya kalau kamu nggak kayak gitu, jadi sedih? Okay, siapa sih yang nggak mau liburan? Mungkin hanya beberapa orang doang yang nggak kepengin liburan. Makanya standar bahagia setiap orang ya pasti beda dong. Ada yang mintanya banyak, ada yang gayanya banyak, ada yang mukanya banyak (ehhh ini apaan sih?).
Kebahagiaan saya saat ini adalah punya anak-anak yang sehat dan memiliki suami yang menerima segala kelemahan plus curhatan saya π. Lalu saya yang juga sehat wal afiat, bisa waras mengurus anak-anak. Kami juga masih memiliki kedua orang tua, mereka sehat semua sudah cukup banget. Rasanya itu sudah cukup buat saya bahagia. Yakin? Materi gimana. . Gimana ya. Dari dulu nggak terlalu gimana-gimana sih, punya rumah buat tidur sudah amat bersyukur. Kesehatan adalah yang paling utama pokoknya. Sehat sampai menua, nggak muluk-muluk.
Suuu Cukup. .
Cita-cita yang mungkin terlalu minimalist haha. Ya semacam kalau ditraktir sama temen tapi cuma pilih pesan minumnya es teh manis. Alhamdulillah cukup. Semua sudah cukup. Nikmat luar biasa. Walau kadang mulut netijen kejhaam, makasih lho #mademestrong (nangissambilngulek).
Masalah target dan pencapaian hidup seperti punya ini, mau punya itu masa nggak boleh? Boleh dong. Tapi balik lagi tadi, apakah dengan kamu memiliki semua itu pasti akan bahagia. Selama kita hidup, rasa ingin dan butuh selalu beriringan. Melihat prestasi orang lain untuk memacu semangat berkarya, menebarreceh manfaat. Saya jadi suka bertanya pada diri, mau ngapain ya? Upgrade diri sendiri.
Beberapa hari lalu chit chat dengan salah seorang sahabat. Dia bilang, "apa mending nggak usah lihat ig story temen deh, lagi pada liburan semua." Terus kita ketawa bareng π.
Siap Bahagia.
"Nggak gitulah. Ya kalo nggak kuat, nggak usah dibuka, haha." Menurut saya, ya nyantai aja. Nggak usah terlalu serius socmed (ikut-ikutan tapi sebenarnya nggak butuh amat). Buat apa sih? Liburan ya mau tapi kan nggak setiap hari harus liburan. Banyak cara untuk menikmati hidup ini. Kalau dari sisi religi (yaampuun cig), dunia ini cuma kesenangan sementara bukan? Toh kalau lagi sedih, nggak mungkin terus-menerus. Jadi kalau kamu sedih berarti kamu harus bersiap-siap untuk bahagia. Siapin aja!
Gimana? Tercerahkan nggak π.
Semoga bisa diambil manfaatnya ya. Terpenting, jangan ukur standar kebahagiaanmu dengan orang lain. Btw, apa bahagiamu? Komen yuk. .
Your Happiness, Made It.
Hmm, bahagia itu benar adanya kalau kita yang ciptain. Bukan berdasar feed igs orang. Terus bandingin kehidupan kamu. Dan celakanya kalau kamu nggak kayak gitu, jadi sedih? Okay, siapa sih yang nggak mau liburan? Mungkin hanya beberapa orang doang yang nggak kepengin liburan. Makanya standar bahagia setiap orang ya pasti beda dong. Ada yang mintanya banyak, ada yang gayanya banyak, ada yang mukanya banyak (ehhh ini apaan sih?).
Kebahagiaan saya saat ini adalah punya anak-anak yang sehat dan memiliki suami yang menerima segala kelemahan plus curhatan saya π. Lalu saya yang juga sehat wal afiat, bisa waras mengurus anak-anak. Kami juga masih memiliki kedua orang tua, mereka sehat semua sudah cukup banget. Rasanya itu sudah cukup buat saya bahagia. Yakin? Materi gimana. . Gimana ya. Dari dulu nggak terlalu gimana-gimana sih, punya rumah buat tidur sudah amat bersyukur. Kesehatan adalah yang paling utama pokoknya. Sehat sampai menua, nggak muluk-muluk.
Suuu Cukup. .
Cita-cita yang mungkin terlalu minimalist haha. Ya semacam kalau ditraktir sama temen tapi cuma pilih pesan minumnya es teh manis. Alhamdulillah cukup. Semua sudah cukup. Nikmat luar biasa. Walau kadang mulut netijen kejhaam, makasih lho #mademestrong (nangissambilngulek).
Masalah target dan pencapaian hidup seperti punya ini, mau punya itu masa nggak boleh? Boleh dong. Tapi balik lagi tadi, apakah dengan kamu memiliki semua itu pasti akan bahagia. Selama kita hidup, rasa ingin dan butuh selalu beriringan. Melihat prestasi orang lain untuk memacu semangat berkarya, menebar
Beberapa hari lalu chit chat dengan salah seorang sahabat. Dia bilang, "apa mending nggak usah lihat ig story temen deh, lagi pada liburan semua." Terus kita ketawa bareng π.
Siap Bahagia.
"Nggak gitulah. Ya kalo nggak kuat, nggak usah dibuka, haha." Menurut saya, ya nyantai aja. Nggak usah terlalu serius socmed (ikut-ikutan tapi sebenarnya nggak butuh amat). Buat apa sih? Liburan ya mau tapi kan nggak setiap hari harus liburan. Banyak cara untuk menikmati hidup ini. Kalau dari sisi religi (yaampuun cig), dunia ini cuma kesenangan sementara bukan? Toh kalau lagi sedih, nggak mungkin terus-menerus. Jadi kalau kamu sedih berarti kamu harus bersiap-siap untuk bahagia. Siapin aja!
Gimana? Tercerahkan nggak π.
Semoga bisa diambil manfaatnya ya. Terpenting, jangan ukur standar kebahagiaanmu dengan orang lain. Btw, apa bahagiamu? Komen yuk. .
Bahagiaku hari ini bisa ngopi cantik bareng sahabat yang lama ga ketemu, udah membuat happy meski cuma nyeruput kopi. Setuju banget, siapa lagi kalo bukan kita yang menciptakan happy?
BalasHapusLiat liburan temen kadang suka bergumam sendiri, "Nih orang jalan-jalan mulu, duitnya banyak bener" tapi lalu bilang, alhamdulillah. Aku sendiri tipikal orang yg kalau liburan malah nggak aku post. Soalnya kadang suka ditanyain macam-macam sama temen π Ah udahlah, standar kebahagiaan orang kan emang beda-beda ya!
BalasHapusSetuju sekali dengan tulisannya, kebahagiaan kita tidak bisa diukur dengan kebahagiaan orang lain karena memang standarnya berbeda-beda. Kalau bahagia saya sih receh banget mbak, bisa kumpul dengan anak-anak dan suami makan mie goreng bareng aja udah bahagia banget, hehe
BalasHapusSaya yang sering dikomenin liburan melulu..huhuhu. Padahal yang komen enggak tahu kalau saya dulu mungkin saja pernah ada di posisi dia. Enggak kemana-mana karena enggak ada dana, masih repot dengan bayi atau lainnya:D
BalasHapusKalau sekarang sudah lebih sejahtera, anak-anak juga sudah besar sehingga bisa diajak kemna-mana ya wajar kalau traveling. Karena bahagia saya (dan suami) kalau bisa ajak anak mengenal dunia.
Yaa mbak begitulaahh hidup tu sawang sinawang, apalagi zaman medsos kek sekarang yaa, org kyknya liat yang enak2nya haha. Ya iyalah kalau saya pribadi yg susah2 gak akan saya share di medsos. Menikmati hidup, mya kuncinya kyknya bersyukur. Trus mbandinginnya jangan ma yg di atas tapi yg di bawah, Misal liat tetangga gak punya motor, kita punya, liat tetangga ngontrak kita dah ada rumah meski mungil dll hehe #ntms
BalasHapusSetipa hari kita bisa bahagia, syaratnya sederhana, melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Nah ini, yang perlu latihan hati dan mengendalikan kebaperan serta galau. (saya maksudnya) karena biasanya Pelangi tampak indah di atas kepala orang lain
BalasHapusSetuju bnget bahagia itu Kita ciptakan sendiri Dan gak perlu bngt Pakai standard Dan omongan orang lain... Happy terus bersama keluarga ya tehπ
BalasHapusSetuju, ga perlu lihat orang lain. Karena kebahagiaan itu bisa diciptakan sendiri ya.
BalasHapusbener banget nih. Kadang hidup kita terganggu oleh-oleh persepsi2 yang sebenernya gak terlalu penting. Ini aku lagi take a break jga dari mainan sosmed
BalasHapuswah 3 anak mba? ya jelas dong ngos-ngosan. aku 1 anak aja ngos-ngosan #payah. hehehehe..
BalasHapusbtw, aku kalo liat di ig temen2 lg pada liburan, jarang bgt sih iri. tapi kalo ada yg pamer di ig, bahwa suami nya itu sukak bantuin urusan domestik sang istri, aku baru iri.. hahaha..