Setahun sudah saya berada di rumah mengurus Kaina cilik yang semakin tumbuh besar dan lucu. Waktu setahun terlalu singkat untuk bersama orang-orang yang kita sayangi. Semua ibu memang full time mother dan tidak pernah ada kata part time, rest time dkk. Ibu selalu bekerja untuk semuanya entah fenomena alam apa yang sering membedakan working at office or at home. Suka dukanya pun
memang berbeda antara keduanya. Ketika di rumah saya pun berangan menjadi tukang jualan, saya menyukai dunia anak-anak maka dari itu saya tertarik menjual mainan edukatif lewat instagram @kaitoys (Education Fun Stuff) tapi masih belum powerfull hehe curhat.
Postingan kali ini sebenarnya saya ingin berbagi cerita untuk seluruh ibu yang berada di rumah atau pun di luar rumah. Ada beberapa atau lumayan banyak ibu yang sebenarnya ingin sekali bekerja di kantor, yaa mengejar karir, mengejar untuk menjadi seseorang yang bisa membeli atau mempunyai material tertentu tetapi seorang suami menginginkan istri berada di rumah. Keadaan ibu di rumah sebenarnya pada masa kini sering dipandang sebelah mata, entah kenapa.
Saya pernah baca katanya keadaan dunia saat ini yang memang sengaja menjadikan seorang ibu harus bekerja di kantoran karena biaya pendidikan yang semakin mahal serta faktor membantu sang suami dalam kelangsungan hidup.
Ibu-ibu hebat yang berada di kantor dan di rumah sering jadi versus tapi menurut saya itu wajar hehe. Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk menjadi sesuai dengan pemikiran kita. Yang tidak wajar adalah merasa tersinggung, ini pernah saya alami sebagai orang yang merasa tersinggung.
Saya pernah di kantor saat sudah memiliki anak lalu saya berhenti bekerja. Psikologis juga mengalami pergeseran dari yang ibu berada di kantor mendapat gaji lalu bergeser menjadi ibu yang berada di rumah tidak memiliki gaji. Dua keadaan yang berbeda dan yang paling mengganggu
menurut saya adalah omongan (dulu) maklum selalu dimasuki ke hati tetapi harus melek sama omongan, ngga boleh kita masuki ke hati terus.
Jika kita bertemu dengan obrolan yang membuat kita merasa tersinggung, pahami bahwa obrolan tersebut adalah biasa, tanggapi dengan senyuman. Di dunia ini kita pasti bertemu seseorang yang menyinggung perasaan. Orang yang suka menyinggung perasaan tidak akan pernah mengerti kita, lebih baik kita lah yang harus mengerti mereka. Mengerti untuk menganggap mereka angin lalu.
Jika kita merasa tidak bisa membantu suami dengan berada di rumah, ini salah banget karena membantu suami itu tidak harus dengan selalu bekerja mencari uang, uang dan uang.
Balik lagi ke niat kita untuk menjadi seorang ibu yang seperti apa, mungkin kita sering mengandai-andai, kalau saya kerja bisa berkarir, beli ini beli itu, jalan-jalan.
Segunung keinginan jika kita masih hidup di dunia itu bagus. Tetapi jika hanya mengikuti nafsu saja maka lain cerita, yang ada hanyalah sia-sia.
Bersyukurlah diberi keadaan bisa menatap anakmu selalu, bahagialah karena di luar sana banyak yang menginginkan seperti dirimu berada di rumah, kembali ke rumah secepatnya, ibu.. Tidak hanya ragamu tetapi sepenuh jiwamu, hatimu. Tulisan ini untuk berkaca diri sendiri, tidak bermaksud menggurui. Wassalaam
memang berbeda antara keduanya. Ketika di rumah saya pun berangan menjadi tukang jualan, saya menyukai dunia anak-anak maka dari itu saya tertarik menjual mainan edukatif lewat instagram @kaitoys (Education Fun Stuff) tapi masih belum powerfull hehe curhat.
Saya pernah baca katanya keadaan dunia saat ini yang memang sengaja menjadikan seorang ibu harus bekerja di kantoran karena biaya pendidikan yang semakin mahal serta faktor membantu sang suami dalam kelangsungan hidup.
Ibu-ibu hebat yang berada di kantor dan di rumah sering jadi versus tapi menurut saya itu wajar hehe. Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk menjadi sesuai dengan pemikiran kita. Yang tidak wajar adalah merasa tersinggung, ini pernah saya alami sebagai orang yang merasa tersinggung.
Saya pernah di kantor saat sudah memiliki anak lalu saya berhenti bekerja. Psikologis juga mengalami pergeseran dari yang ibu berada di kantor mendapat gaji lalu bergeser menjadi ibu yang berada di rumah tidak memiliki gaji. Dua keadaan yang berbeda dan yang paling mengganggu
menurut saya adalah omongan (dulu) maklum selalu dimasuki ke hati tetapi harus melek sama omongan, ngga boleh kita masuki ke hati terus.
Jika kita bertemu dengan obrolan yang membuat kita merasa tersinggung, pahami bahwa obrolan tersebut adalah biasa, tanggapi dengan senyuman. Di dunia ini kita pasti bertemu seseorang yang menyinggung perasaan. Orang yang suka menyinggung perasaan tidak akan pernah mengerti kita, lebih baik kita lah yang harus mengerti mereka. Mengerti untuk menganggap mereka angin lalu.
Jika kita merasa tidak bisa membantu suami dengan berada di rumah, ini salah banget karena membantu suami itu tidak harus dengan selalu bekerja mencari uang, uang dan uang.
Balik lagi ke niat kita untuk menjadi seorang ibu yang seperti apa, mungkin kita sering mengandai-andai, kalau saya kerja bisa berkarir, beli ini beli itu, jalan-jalan.
Segunung keinginan jika kita masih hidup di dunia itu bagus. Tetapi jika hanya mengikuti nafsu saja maka lain cerita, yang ada hanyalah sia-sia.
Bersyukurlah diberi keadaan bisa menatap anakmu selalu, bahagialah karena di luar sana banyak yang menginginkan seperti dirimu berada di rumah, kembali ke rumah secepatnya, ibu.. Tidak hanya ragamu tetapi sepenuh jiwamu, hatimu. Tulisan ini untuk berkaca diri sendiri, tidak bermaksud menggurui. Wassalaam
Pernah di grupku bahas wm vs ftm,,intinya mereka judge wm sbagai ibu yg kurang urus anaknya,,eh pas aku nyeletuk lewat asi,,diamlah mereka,,wekekek sebenernya bukan menyepelekan ibu2 yg gak bisa ngAsi sejak ngantor sih,,tp lebih ke: nunjukin je yg nyerang working mo, bahwa kerja pun bukan halangan untuk ngasih yg terbaik.
BalasHapusSetuju! Gak etis sepertinya kalo ada bahasan wm vs ftm,,karena tentulah smua ibu ingin menjadi ftm,tp kondisi yg menjadikannya tidak selalu berada di dekat anaknya,,,eh koq jd panjang yak?...wekekek, salam kecup untuk kaka kaina :*
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusapapun pilihan seorang ibu harus selalu di syukuri ya. Dama-damai aja jangan ada war :)
BalasHapuspro dan kontra, sama2 mencari kebenaran..
BalasHapustoh ndak ada yg salah ya cuy, apapun itu klo bersyukur pasti enjoy..aamiin :)